Dr. Agus Purwoko, S.Hut. M.Si
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memulihkan diri selama pemanfaatannya tidak melampui daya pulihnya, sehingga manfaat ganda dari hutan akan terus mengalir selama keberadaan dan fungsinya tetap terjamin. Daerah bersama masyarakat mengharapkan perubahan dan perbaikan bersamaan dengan diberikannya otonomi untuk mengelola sumberdaya hutan bagi pengembangan ekonomi di wilayahnya. Sumberdaya hutan memiliki kedudukan, fungsi dan peran nyata bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat tidak hanya bangsa dan rakyat Indonesia akan tetapi juga bagi masyarakat dunia internasional.
Multiusaha Kehutanan ini layak untuk didorong realisasinya karena akan memberikan manfaat yang positif juga kepada perusahaan sebagai income baru sebelum masa panen produk utama berupa kayu dengan mengoptimalkan potensi dan daya dukung disesuaikan site sekaligus sebagai sarana resolusi konflik lahan di Kawasan hutan. Terdapat 25.867 desa di dalam dan sekitar kawasan hutan terdiri dari 9,2 juta rumah tangga dimana 1,7 juta rumah tangga masuk dalam kategori keluarga miskin Jenis Multiusaha Kehutanan yang mungkin diterapkan meliputi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), perhutanan sosial, jasa lingkungan, kawasan wisata alam, forest healing, dan HHK dengan sistem TPTI.
Pengaturan tentang pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan tampak pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 3 bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan a) menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proposional, b) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari, c)meningkatkan daya dukung daaerah aliran sungai, d) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif,
Topografi Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu memiliki luas wilayah 1.128 km2 Bukit Batu memiliki garis pantai yang cukup panjang karena berada di pesisir Selat Bengkalis, Selat Malaka. Rata-rata wilayah Bukit Batu bertanah gambut dan tanah liat. Karena memiliki hutan yang relatif luas, kecamatan Bukit Batu menyimpan kekayaan flora dan fauna. Berbagai jenis burung (Srindit, Tekukur, Pipit, Elang, dll), ular dan reptil (phyton, daun, air, lidi, dll), mamalia (kera, monyet, rusa, babi, dll), berbagai jenis ikan air tawar. Berbagai jenis tananam baik di hutan maupun diperkebunan menghiasi bumi Bukit Batu. Selain itu, hutan mangrove banyak terdapat di tepian pantai.
Keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa pembangunan kehutanan perlu diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, serta melestarikan fungsi kawasan hutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep pengembangan usaha masyarakat di dalam Kawasan hutan yang dapat memenuhi tuntutan pengelolan tersebut. Memberikan manfaat serba guna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus dan dimanfaatkan secara optimal.
Pemantapan kawasan hutan melalui penataan kawasan hutan secara mikro, merupakan salah satu faktor kunci dalam program peningkatan usaha masyarakat di dalam kawasan hutan. Kawasan hutan yang mantap dan tertata secara makro dan mikro akan memperkuat status hukum kawasan hutan serta menjamin keamanan masyarakat berusaha di dalam kawasan hutan. Fakta menunjukkan bahwa salah satu pemicu praktekpraktek illegal yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan hutan adalah karena tidak mantapnya tata batas kawasan hutan dan tidak terjaminnya keamanan berusaha masyarakat untuk jangka waktu yang panjang. penyelenggaraan kehutanan berupa kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan, yang efektif dan efesien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Paper Mata Kuliah Bisnis Kehutanan yang berjudul “Potensi Bisnis Kehutanan Café Pak Belalang Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabpuaten Bengkalis Riau” adalah untuk mengetahui potensi yang terdapat di wilayah tersebut serta peluang bisnis melalui sumberdaya kehutanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Sumberdaya Hutan
Pengelolaan hutan adalah untuk memberikan manfaat optimal dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Dalam konteks pengelolaan hutan, hutan harus dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem yang utuh, bukan hanya sebagai sumber kayu bagi bahan baku industri. Prinsip umum pengelolaan hutan tersebut dipahami dan diamalkan oleh yang diberi amanah untuk menerbitkan perizinan pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut, sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan mampu berperan sebagai basis utama bagi penggerak ekonomi umat. Pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dari kawasan hutan seluas 120,5 juta hektar, baru berorientasi kepada produksi kayu sedangkan terhadap produksi non kayu seperti rotan, getah, sutera maupun komoditas lainnya masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna di daerah pantai, namun masyarakat lebih mengenal mangrove dengan istilah bakau. Untuk menghindari kekeliruan, istilah bakau hendaknya digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir
2.2 Karakteristik Sumberdaya Hutan
Sehubungan dengan besarnya manfaat ekosistem hutan mangrove secara ekologis dan ekonomis, ekosistem hutan mangrove harus dipertahankan keberadaannya.Selain itu pertumbuhan penduduk juga semakin cepat, dengan demikian kebutuhan hidup manusia akan semakin meningkat terutama di daerah pesisir yang pemenuhan kebutuhan hidupnya langsung dari alam. Meningkatnya kebutuhan ini akan menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya alam, dimana pemanfaatan yang dilakukan masyarakat cenderung tidak memperhitungkan kerugian secara ekologis. Selain itu pembangunan wilayah pesisir di sekitar kawasan hutan mangrove seringkali tidak dilakukan dengan berwawasan lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan pada ekosistem hutan mangrove hampir diseluruh wilayah pesisir Indonesia.
Wisata alam merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan jasa alam untuk kepuasan manusia.Berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah adalah pariwisata. Ekowisata secara langsung memberikan manfaat bagi lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat lokal. Seorang wisatawan yang melakukan kegiatan wisata berbasis alam hanya dapat pergi mengamati burung saja, namun seorang ekoturis (orang yang melakukan ekowisata) pergi mengamati burung dengan pemandu lokal, tinggal dipenginapan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan berkontribusi terhadap ekonomi masyarakat lokal.
2.3 Potensi Eknonomi
Café Pak Belalang merupakan perpaduan ekowisata dengan bisnis kehutanan dan café pak belalang yang dibangun di Sungai Pakning, yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman, Sungai Pakning, Kec. Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau dengan alasan karena lokasi ini cukup strategis. Dengan strategisnya lokasi dan cukup dekatnya areal kantor serta sekolah dari café pak belalang. Selain itu, dengan alasan cukup dekatnya café ini dengan sekolah, maka yang menjadi sasaran target atas penjualan café ini adalah siswa. Biasanya siswa mempunyai gaya hidup “nongkrong” atau pun biasanya mereka seringkali mengerjakan tugas bersama dengan teman-teman di tempat yang menyenangkan seperti café dan sebagainya. Oleh sebab itu, café Pak Belalang ini bisa dijadikan pilihan bagi siswa untuk sekedar hanya nongkrong dan berkumpul bersama teman-teman sambil menikmati menu yang ada maupun sembari mengerjakan tugas-tugas sekolah. Karena sasaran targetnya siswa, maka café ini pun ramai dikunjungi oleh siswa atau orang perkantoran. Dilihat dari positioningnya, Café Pak Belalang ini sudah mampu memposisikan dirinya di tempat yang cukup strategis dengan konsumen yang selalu ada, yaitu dari kalangan siswa dan orang perkantoran.
Dari hasil wawancara mendapatkan hasil bahwa pengelolaan hutan mangrove kegiatan ekowisata berbasis kafe adalah alternatif yang efektif untuk menanggulangi permasalahan lingkungan di ekosistem ini seperti tingkat eksploitasi yang berlebihan oleh masyarakat dengan menciptakan alternatif ekonomi bagi masyarakat. Oleh karena itu, agar kegiatan pemanfaatan yang dilakukan diekosistem mangrove café pak belalang berlangsung secara optimal dan berkelanjutan maka kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya. Kriteria ekosistem mangrove yang baik akan menjadi potensi ekosistem mangrove untuk dijadikan ekowisata.
Variabel paling penting yang mempengaruhi kebutuhan usaha perusahaan adalah proyeksi volume penjualan. Peramalan penjualan biasanya cenderung dibesarkan angkanya dalam proyeksi kebutuhan usaha. Oleh karena itu, peramalan penjualan yang dibuat dengan hati- hati menjadi dasar bagi proyeksi kebutuhan usaha. Tujuan ini perlu menetapkan rasio antara tingkat penjualan dan jenis-jenis pengeluaran yang dibutuhkan. Perlu juga diperhitungkan penjualan musiman dan fluktuasi penjualan. Oleh karena itu metode peramalan kebutuhan usaha tidak hanya memperhitungkan jumlah penjualan tetapi juga variabel lainnya seperti tingkat pengeluaran periklanan atau variabel ekonomi makro seperti perubahan pendapatan siap konsumsi dari konsumen. Kebutuhan usaha hendaknya diproyeksikan tiap bulan, atau bahkan mingguan sekurang-kurangnya untuk operasi tahun pertama dari usaha baru. Permintaan kredit jangka menengah kepada bank mungkin memerlukan proyeksi kebutuhan tiga sampai lima tahun dengan angka-angka kuartalan
Mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas.
2.4 Ide Potensi Bisnis
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap usaha atau perusahaan membutuhkan dana atau biaya untuk dapat beroperasi. Hal ini sebenarnya menjadi persoalan yang dihadapi hampir semua pengusaha, karena untuk memulai usaha dibutuhkan pengeluaran sejumlah uang sebagai modal awal. Pegeluaran tersebut untuk membeli bahan baku dan penolong, alat-alat dan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional lainnya. Melalui barang-barang yang dibeli tersebut perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output yang kemudian dapat dijualnya untuk mendapat sejumlah uang pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan.
Biaya pengolahan merupakan biaya yang terjadi dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi biaya produksi merupakan bagian dari harga pokok produksi yang dikorbankan dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan, sedangkan harga pokok merupakan bagian dari harga pokok perolehan yang ditahan pembebanannya. Pengembangan ekowisata yang akan dilakukan harus diketahui bagaimana kesesuaian dan dayadukungnya, agar manfaat ekowisata di kawasan tersebut secara ekonomis memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dan secara ekologis, sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin kelestariannya.
Untuk menjadikan bisnis ini sebagai salah satu alternatif pemanfaatan yang dapat dilakukan pada ekosistem mangrove, khususnya di daerah Sungai Pakning. Dengan cara menganalisis potensi sumberdaya ekosistem mangrove, kesesuaian, dan dayadukungnya untuk melihat potensi sumberdaya ekosistem mangrove untuk kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan. Dengan demikian, diharapkan manfaat ekowisata di kawasan tersebut dapat diperoleh secara optimal, yaitu secara ekonomis memberikan keuntungan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dan secara ekologis, sumber daya alam yang ada tetap dilindungi dan tetap terjamin kelestariannya.
Loyalitas pelanggan dapat dibentuk dari suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan café. Strategi pemasaran merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan. Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi product, price, promotion, dan physical evidence atau place. Salah satu ciri bahwa produknya dapat diterima adalah dilakukannya pembelian oleh konsumen terhadap produk tersebut. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan memahami kebutuhan dan keinginan pasar untuk dijadikan dasar merumuskan strategi dalam merangsang proses pengambilan keputusan pembelian konsumen. Seperti yang kita ketahui, bahwa di Indonesia ini banyak terdapat daerah-daerah yang memiliki potensi sebagai objek wisata, tak dapat dipungkiri bahwa objek-objek wisata yang berupa warisan berharga mesti diiringi dengan terdapatnya sumber daya manusia yang kompetitif dalam memajukan objek wisata tersebut. Maka dari itu, pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang kita butuhkan untuk mengolah, menjaga, dan merawat objek wisata kita. Pengelolaan pariwisata haruslah pengelolaan yang berkelanjutan untuk menjadikan pariwisata tersebut sebagai daya tarik bagi wisatawan. Pengelolaan ini ditangani langsung oleh pihak pengelola sebagai pelaksana dan yang mengawasi jalannya seluruh aktivitas di kawasan obyek wisata. Dengan demikian upaya pengembangan setiap obyek berada dalam suatu kerangka yang terpadu, sehingga diperoleh nilai tambah dari setiap obyek dalam wilayah tersebut penting guna mengetahui sisi mana yang dapat di unggulkan agar bisnis yang dilakukan tidak mengalami kebagkrutan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Café Pak Belalang menjadi ladang bisnis yang lumayan menggiurkan. Selain menambah variasi tempat bagi siswa meluangkan waktu dari kesibukan sekolah, keberadaan Café Pak Belalang ini juga berdampak positif bagi masyarakat dan siswa itu sendiri. Dampak positif tersebut antara lain dengan adanya Café Pak Belalang ini, membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar dan siswa. Selain itu, juga dapat menumbuhkan semangat wirausaha kepada masyarakat dan siswa sekitar setelah melihat perkembangan penjualan Café Pak Belalang. Dengan melihat dari segi sumber daya kewirausahaan, produksi, minat pasar dan keuangan, apabila Café Pak Belalang ini mampu memberikan cita rasa dan meningkakan kualitas menu dan pelayanan kepada pelanggan maka peluang untuk terus mengembangkan usaha semakin terbuka lebar dan membuahkan hasil yang sesuai yang diharapkan.
Saran
Pengembangan usaha dapat dilakukan dalam proses produksi dengan cara menambah sarana dan prasarana serta tenaga produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Atau dengan cara meningkatkan sumber daya manusia / tenaga kerja yang merupakan pengelola. Sehingga diharapkan dapat membuka cabang yang baru di lokasi lain yang tak kalah strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Khoiri,
F., Utomo, B., dan Lesmana, I., 2014. Analisis Kelayakan Pengembangan Ekowisata
Mangrove di Pantai Muara Indah Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Aquacoastmarine, 2(1):48-55.
Kusaeri,
Putro, S.P., dan Wasiq, J., 2015. Potensi Sumberdaya Alam Hayati Kawasan
Mangrove Pasar Banggi Kabupaten Rembang Sebagai Objek Ekowisata. Biosaintifika,
2(5):120-127
Mukhlisi
dan Sidiyasa, K., 2014. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis pada Hutan
Mangrove di Pusat Informasi Mangrove (PIM) Berau, Kalimantan Timur. Indonesian
Forest Rehabilitation Journal, 2(1) 25-37.
Mukhlisi,
2013. Inventarisasi Jenis-Jenis Burung di Hutan Mangrove Tanjung Batu,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains. Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. 9 November 2013.
Mulyadi,
E., dan Fitriani, N., 2010. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan, 2(1):11-18.
Nur,
Syahrir Nawir. 2014. Kesiapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bantaeng Dalam Rangka Peningkatan Promosi Berbasis E-Torism. Makassar :
Universitas Hasanuddin. Tesis.
Padafing,
Yohanis K. 2012. Studi Tentang Kelayakan Pantai Mali Keluarahan Kabalo
Kecamatan Kabalo sebagai sarana Rekreasi. Kupang : Fakultas Keguruan dan
Pendidikan Universitas Kristen Artha Wacana. Skripsi
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar